Selasa, Agustus 11, 2009

Perih Dilihat, Nikmat Di Iman

Kisah Islamnya Bilal Bin Rabah Al-Habsyi R.A Dan Penderitaannya 

 Bilal Al- Habsyi adalah sahabat yang mansyur. Ia Muadzim tetap masjid Nabawi. Pada mulanya ia adalah seorang budak milik orang Kafir, kemudian ia memeluk Islam, yang menyebabkan ia banyak menerima berbagai siksaan. 

 Umayyah Bin Khalaf adalah seorang Kafir yang sangat memusuhi Islam. Ia membaringkan Bilal diatas padang pasir yang sangat panas diterik matahari seraya meletakan batu besar di dadanya sehingga Bilal sulit bergerak sedikit pun. Lalu dikatakan padanya ”Apakah kamu siap mati seperti ini atau tetap hidup dengan syarat kamu meninggalakan Islam?” Bilal tetap berkata Ahad, Ahad (hanya satunya berhak di sembah). “Pada malam hari ia di rantai dan di cambuk terus menerus sehingga badannya penuh luka. Dan pada esok harinya dengan luka itu di jemur kembali di padang pasir yang panas sehingga lukanya semakin parah. Tuannya berharap ia akan meninggalkan Islam atau mati perlahan dengan cara tersebut. Orang yang menyiksa Bilal R.A silih berganti, kadangkala Abu Jalal atau Umayyah Bin Khalaf, bahkan orang lain pun ikut menyiksanya. Setiap orang berusa menyiksanya dengan lebih berat. Ketika Abu BakarR.A melihat hal itu ia menebusnyadan segera memerdekakannya. 

Faedah
 Orang- orang Arab Musyrik telah menjadikan berhala sebagai sesembahan mereka dan sebagai lawannya, Islam mengajari Tauhid hanya kepada Allah SWT. Inilah yang menyebabkan dari lisan Bilal 
R.A selalu terucap Ahad, Ahad, karena hubungan dan cintanya tinggi terhadap Allah SWT. Sekarang kita banyak melihat cinta yang palsu. Seseorang yang dicintai tentu akan merasa nikamat bila disebut namanya, kadang kala tanpa tujuan yang jelas namanya akan disebut-sebut. Lalu bagaimana cinta kepada Allah SWT? Yang pasti akan berguna di dunia dan di akhirat. Cinta itulah yang membuat Bilal R.A rela disiksa, sehingga penderitaan demi penderitaan menimpanya. Meskipun para pemuda Kafir Makkah menggiring dan menghinanya dijalan-jalan, ia terus berkata, Ahad….., Ahad…, Inilah kehidupan yang pernah dialaminya sampai Nabi SAW menjadikannya sebagai Muadzin yang selalu berhidmat mengumandangkan Adzan, baik ketika tinggal maupun ketika dalam perjalananan. Setelah Nabi wafat ia tetap tinggal di Madinah Thayyibah, hanya saja ia tidak tahan melihat tempat Nabi SAW yang telah kosong. Sehingga ia berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk berjihad dan beberapa lama ia tidaka akan kembali ke Madinah. 

 Suatu ketika ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ”Wahai Bilal, betapa Zhalimnya kamu sehingga kamu tidak menziarahiku.” Begitu bangun dari mimpinya ia segera pergi ke Madinnah. Setibanya disana, Hasan dan Husain R.A Huma memintanya mengumandangkan Azdan. Ia tidak dapat menolak permintaan orang-orang yang sangat dicintainya itu. Ketika mulai Adzan terdengarlah suara Adzan seperti masa hidup Rasulullah SAW. Suara itu sangat meyentuh hati orang-orang yang mendengarnya sehinga para wanita keluar dari rumah dengan meneteskan air mata. Ia tinggal beberapa hari di Madinnah, lalu kembali ke Damsyik, dan wafat pada tahun ke-20 Hijriyah.(Usudul- Ghabah).  



0 komentar: