Para sufi berkata bahwa yang dimaksud ‘dianggap hidup’ ialah hidup yang kekal abadi. Yakni orang yang memperbanyak dzikir dengan ikhlas itu tidak mati, hanya berpindah alam dan selalu hidup, sebagaimana firman Allah SWT mengenai para suhada.
“Tetapi mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”(Qs. Ali ‘imraan:169)
Ini juga merupakan salah satu bentuk kehidupan. Hakim, Tirmidzi Rah. A. berkata, ”Dzikrullah membasahi hati dan melembutkannya, dan hati yang kosong dari dzikrullah menyebabkan hawa nafsu bergejolak. Api syahwat mengeringkan hati hingga mengeras dan anggota badan yang lain pun akan mengeras, sehingga ketaatan kepada Allah SWT pun akan terhenti. Jika ditarik maka akan terputus seperti kayu kering, tidak tunduk kecuali di potong atau di baker.”
Dari Abu Musa R.A. Rasulullah SAW Bersabda, ”Jika ada seseorang yang memiliki uang banyak di tempatnya lalu ia membagi-bagikannya, dan ada orang lain yang menyibukkan diri dengan dzikrullah, maka orang yang berdzikir kepada Allah itu yang lebih utama.” (Thabrani).
Faedah
Bersedekah Fisabilillah adalah perbuatan yang sangat mulia, namun jika dibandingkan dengan dzikrullah, maka dzikir lebih utama. Betapa bahagia orang kaya yang telah diberi taufik untuk menginfakkan hartanya dan berdzikir kepada Allah SWT. Disebutkan dalam hadits bahwa Allah SWT selalu bersedekah setiap hari kepada hamba-Nya menurut keadaan mereka. Setiap manusia diberi nikmat sesuai dengan keadaannya. Tidak ada anugerah yang lebih besar daripada taufik untuk berdzikir. Seseorang yang sibuk dengan berdagang, bertani, pegawai dan lainnya, lalu jika mereka meluangkan sedikit waktu untuk berdzikir kepada Allah SWT, maka alangkah beruntungnya waktu mereka itu. Apa sulitnya meluangkan waktu dua jam dari 24 Jam (siang dan malam), atau berapa jam saja untuk berdzikir? Sebenarnya banyak waktu tersia-siakan. Lalu, apa susahnya kita meluangkan waktu untuk berdzikir?.
Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang paling utama disisi Allah ialah orang yang ketika berdzikir selalu memperhatikan bulan, matahari, bintang, dan bayang-bayang untuk menjaga waktu-waktu dzikirnya.” Walaupun pada masa ini dengan banyaknya jam kita dapat menentukan waktu dengan mudah, kita perlu mengenal waktu melalui matahari dan bulan, sehingga bila terjadi kerusakan atau kesalahan pada jam, waktu kita tidak hilang sia-sia. Disebutkan dalam hadits bahwa bumi yang digunakan untuk berdzikir akan bangga dibandingkan bagian bumi lainnya hingga tujuh lapisan di bawahnya.
“Tetapi mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”(Qs. Ali ‘imraan:169)
Ini juga merupakan salah satu bentuk kehidupan. Hakim, Tirmidzi Rah. A. berkata, ”Dzikrullah membasahi hati dan melembutkannya, dan hati yang kosong dari dzikrullah menyebabkan hawa nafsu bergejolak. Api syahwat mengeringkan hati hingga mengeras dan anggota badan yang lain pun akan mengeras, sehingga ketaatan kepada Allah SWT pun akan terhenti. Jika ditarik maka akan terputus seperti kayu kering, tidak tunduk kecuali di potong atau di baker.”
Dari Abu Musa R.A. Rasulullah SAW Bersabda, ”Jika ada seseorang yang memiliki uang banyak di tempatnya lalu ia membagi-bagikannya, dan ada orang lain yang menyibukkan diri dengan dzikrullah, maka orang yang berdzikir kepada Allah itu yang lebih utama.” (Thabrani).
Faedah
Bersedekah Fisabilillah adalah perbuatan yang sangat mulia, namun jika dibandingkan dengan dzikrullah, maka dzikir lebih utama. Betapa bahagia orang kaya yang telah diberi taufik untuk menginfakkan hartanya dan berdzikir kepada Allah SWT. Disebutkan dalam hadits bahwa Allah SWT selalu bersedekah setiap hari kepada hamba-Nya menurut keadaan mereka. Setiap manusia diberi nikmat sesuai dengan keadaannya. Tidak ada anugerah yang lebih besar daripada taufik untuk berdzikir. Seseorang yang sibuk dengan berdagang, bertani, pegawai dan lainnya, lalu jika mereka meluangkan sedikit waktu untuk berdzikir kepada Allah SWT, maka alangkah beruntungnya waktu mereka itu. Apa sulitnya meluangkan waktu dua jam dari 24 Jam (siang dan malam), atau berapa jam saja untuk berdzikir? Sebenarnya banyak waktu tersia-siakan. Lalu, apa susahnya kita meluangkan waktu untuk berdzikir?.
Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang paling utama disisi Allah ialah orang yang ketika berdzikir selalu memperhatikan bulan, matahari, bintang, dan bayang-bayang untuk menjaga waktu-waktu dzikirnya.” Walaupun pada masa ini dengan banyaknya jam kita dapat menentukan waktu dengan mudah, kita perlu mengenal waktu melalui matahari dan bulan, sehingga bila terjadi kerusakan atau kesalahan pada jam, waktu kita tidak hilang sia-sia. Disebutkan dalam hadits bahwa bumi yang digunakan untuk berdzikir akan bangga dibandingkan bagian bumi lainnya hingga tujuh lapisan di bawahnya.
0 komentar:
Posting Komentar