Selasa, Agustus 11, 2009

Perlukah Mengingat Kematian

Kisah Rasulullah SAW Mengingatkan Alam Kubur Kepada Sahabat Yang Tertawa 

 Suatu ketika, Nabi SAW datang utuk sholat. Lalu beliau melihat sekumpulan sahabat R.Huma sedang tertawa-tawa sampai gigi mereka terlihat jelas. Nabi SAW bersabda, ”Apabila kalian banyak mengigat maut, kalian tidak akan seperti yang kulihat saat ini.” Perbanyaklah mengigat maut. Dikubur , tiada sehari pun yang terlewatkan kecuali kubur akan berkata, ”Aku rumah yang tidak mengenal persahabatan, aku rumah kesendirian, aku rumah yang penuh tanah, aku rumah ulat-ulat, apabila seorang Mukmin diletakkan di dalam kubur, kubur akan berkata, “Selamat datang bagus engkau telah datang, diantara orang yang tinggal diatas bumi ini, engkaulah yang paling ku sukai. Sekarang engkau telah tiba, maka aku akan berbuat yang terbaik untukmu, lalu kubur akan memperlebar seluas pandagan mayit, dan akan dibukakannya salah satu pintu surga, sehingga berhembuslah angin surga padanya, dan akan tercium harumnya surga. Dan jika seseorang yang berakhlak buruk dimasukan kekubur, kubur berkata, ”tiada ucapan selamat datang bagimu, sangat buruk kedatanganmu ini, dari semua orang yang berada diatas bumi ini, kamulah yang paling ku benci. Sekarang kamu datang kepadaku. Maka lihatlah bagaimana aku memperlakukan dirimu kemudian kubur akan merapat dan terus menghimpitnya , sehingga tulang rusuknya saling menikam. Lalu datanglah tujuh puluh ekor ular yang akan meyiksanya. Jika salah satu saja dari bisa ular itu menetes kebumi tidak sehelai rumputpun yang akan tumbuh diatasnya. Ular- ular itu terus mematuknya sampai hari kiamat,” Sabda Nabi saw., “kubur adalah taman dari taman-taman surga, atau juga jurang-jurang neraka.” (MISYKAT) 

Faedah
 Takwa kepada Allah SWT adalah bekal yang terpenting, sehingga Nabi SAW selalu memikirkan dan merenungkannya selain itu mengigat maut sangat bermanfaat, sehingga Nabi SAW saat menerangkan keadaan kubur, beliau bersabda bahwa mengigat kubur itu sangat penting dan bermanfaat.  




Mengapa Perlu Dzikir

Para Sufi berkata bahwa yang dimaksud 'dianggap hidup' ialah hidup yang kekal abadi. Yakni orang yang memperbanyak Dzikir dengan ikhlas itu tidak mati, hanya berpindah alam dan selalu hidup, sebagaimana firman Allah SWT. Mengenai para Suhada 

‘Tetapi mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (Qs. Ali ‘imraan:169). 

 Ini juga merupakan salah satu bentuk kehidupan. Hakim, Tirmidzi Rah. A. berkata, ”Dzikrullah membasahi hati dan melembutkannya, dan hati yang kosong dari Dzikrullah menyebabkan hawa nafsu bergejolak. Api syahwat mengeringkan hati hingga mengeras dan anggota badan yang lain pun akan mengeras, sehingga ketaatan kepada Allah SWT pun akan terhenti. Jika ditarik maka akan terputus seperti kayu kering, tidak tunduk kecuali di potong atau di baker.” 

 Dari Abu Musa R.A, Rasulullah SAW bersabda, ”Jika ada seseorang yang memiliki uang banyak di tempatnya lalu ia membagi-bagikannya, dan ada orang lain yang menyibukkan diri dengan Dzikrullah, maka orang yang berdzikir kepada Allah itu yang lebih utama.” (Thabrani). 

Faedah 
  Bersedekah fisabilillah adalah perbuatan yang sangat mulia, namun jika dibandingkan dengan Dzikrullah, maka Dzikir lebih utama. Betapa bahagia orang kaya yang telah diberi Taufik untuk menginfakkan hartanya dan berdzikir kepada Allah SWT. Disebutkan dalam Hadits bahwa Allah SWT selalu bersedekah setiap hari kepada hamba-Nya menurut keadaan mereka. Setiap manusia diberi nikmat sesuai dengan keadaannya. Tidak ada anugerah yang lebih besar daripada taufik untuk berdzikir. Seseorang yang sibuk dengan berdagang, bertani, pegawai dan lainnya, lalu jika mereka meluangkan sedikit waktu untuk berdzikir kepada Allah SWT maka alangkah meruntungnya waktu mereka itu. Apa sulitnya meluangkan waktu dua jam dari 24 Jam (siang dan malam), atau berapa jam saja untuk berdzikir? Sebenarnya banyak waktu tersia-siakan. Lalu, apa susahnya kita meluangkan waktu untuk berdzikir?. 

  Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang paling utama disisi Allah ialah orang yang ketika berdzikir selalu memperhatikan bulan, matahari, bintang, dan bayang-bayang untuk menjaga waktu-waktu Dzikirnya.” Walaupun pada masa ini dengan banyaknya jam kita dapat menentukan waktu dengan mudah, kita perlu mengenal waktu melalui matahari dan bulan, sehingga bila terjadi kerusakan atau kesalahan pada jam, waktu kita tidak hilang sia-sia. Disebutkan dalam hadits bahwa bumi yang digunakan untuk berdzikir akan bangga dibandingkan bagian bumi lainnya hingga tujuh lapisan di bawahnya.

Perih Dilihat, Nikmat Di Iman

Kisah Islamnya Bilal Bin Rabah Al-Habsyi R.A Dan Penderitaannya 

 Bilal Al- Habsyi adalah sahabat yang mansyur. Ia Muadzim tetap masjid Nabawi. Pada mulanya ia adalah seorang budak milik orang Kafir, kemudian ia memeluk Islam, yang menyebabkan ia banyak menerima berbagai siksaan. 

 Umayyah Bin Khalaf adalah seorang Kafir yang sangat memusuhi Islam. Ia membaringkan Bilal diatas padang pasir yang sangat panas diterik matahari seraya meletakan batu besar di dadanya sehingga Bilal sulit bergerak sedikit pun. Lalu dikatakan padanya ”Apakah kamu siap mati seperti ini atau tetap hidup dengan syarat kamu meninggalakan Islam?” Bilal tetap berkata Ahad, Ahad (hanya satunya berhak di sembah). “Pada malam hari ia di rantai dan di cambuk terus menerus sehingga badannya penuh luka. Dan pada esok harinya dengan luka itu di jemur kembali di padang pasir yang panas sehingga lukanya semakin parah. Tuannya berharap ia akan meninggalkan Islam atau mati perlahan dengan cara tersebut. Orang yang menyiksa Bilal R.A silih berganti, kadangkala Abu Jalal atau Umayyah Bin Khalaf, bahkan orang lain pun ikut menyiksanya. Setiap orang berusa menyiksanya dengan lebih berat. Ketika Abu BakarR.A melihat hal itu ia menebusnyadan segera memerdekakannya. 

Faedah
 Orang- orang Arab Musyrik telah menjadikan berhala sebagai sesembahan mereka dan sebagai lawannya, Islam mengajari Tauhid hanya kepada Allah SWT. Inilah yang menyebabkan dari lisan Bilal 
R.A selalu terucap Ahad, Ahad, karena hubungan dan cintanya tinggi terhadap Allah SWT. Sekarang kita banyak melihat cinta yang palsu. Seseorang yang dicintai tentu akan merasa nikamat bila disebut namanya, kadang kala tanpa tujuan yang jelas namanya akan disebut-sebut. Lalu bagaimana cinta kepada Allah SWT? Yang pasti akan berguna di dunia dan di akhirat. Cinta itulah yang membuat Bilal R.A rela disiksa, sehingga penderitaan demi penderitaan menimpanya. Meskipun para pemuda Kafir Makkah menggiring dan menghinanya dijalan-jalan, ia terus berkata, Ahad….., Ahad…, Inilah kehidupan yang pernah dialaminya sampai Nabi SAW menjadikannya sebagai Muadzin yang selalu berhidmat mengumandangkan Adzan, baik ketika tinggal maupun ketika dalam perjalananan. Setelah Nabi wafat ia tetap tinggal di Madinah Thayyibah, hanya saja ia tidak tahan melihat tempat Nabi SAW yang telah kosong. Sehingga ia berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk berjihad dan beberapa lama ia tidaka akan kembali ke Madinah. 

 Suatu ketika ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ”Wahai Bilal, betapa Zhalimnya kamu sehingga kamu tidak menziarahiku.” Begitu bangun dari mimpinya ia segera pergi ke Madinnah. Setibanya disana, Hasan dan Husain R.A Huma memintanya mengumandangkan Azdan. Ia tidak dapat menolak permintaan orang-orang yang sangat dicintainya itu. Ketika mulai Adzan terdengarlah suara Adzan seperti masa hidup Rasulullah SAW. Suara itu sangat meyentuh hati orang-orang yang mendengarnya sehinga para wanita keluar dari rumah dengan meneteskan air mata. Ia tinggal beberapa hari di Madinnah, lalu kembali ke Damsyik, dan wafat pada tahun ke-20 Hijriyah.(Usudul- Ghabah).  



Kisah Syahidnya Anas Bin Nadhar R.A

Anas Bin Nadhar R.A adalah sahabat Nabi SAW yang tidak menyertai perang Badar. Ia sangat menyesal dan sering memarahi dirinya sendiri karena tidak dapat meyertai peperangan yang pertama dan besar dalam sejarah Islam itu. Untuk itu ia, sangat berharap dapat menebusnya dalam pertempuran selanjutnya. Dan ternyata, kesempatan itu datang pada perang Uhud. Ia turut serta sebagai pejuang yang gagah berani. Pada mulanya kaum Muslimin telah mendapatkan kemenangan dalam perang tersebut namun karena suatu kekilafan kaum Muslimin menderita kekalahan pada akhir perang. Kekilafan itu adalah: beberapa orang sahabat yang ditugaskan untuk berjaga disuatu tempat melalui sabda Nabi SAW, “Kalian jangan meninggalkan tempat ini dalam keadaan bagaimana saja, karena musuh dapat menyerang dari sana.” 

 Pada permulaan perang kaum Muslimin telah memperoleh kemenangan, dan kaum Kafir melarikan diri. Melihat hal ini orang-orang yang telah ditunjuk oleh Nabi SAW segera meninggalkan tempat tugas mereka. Mereka menyangka bahwa kaum Muslimin telah menang dan perang telah usai, sehingga orang-orang Kafir yang melarikan diri segera dikejar dan diambil harta rampasan perangnya. Sebenarnya pimpinan pasukan telah melarang dan mengigatkan agar tidak meninggalkan bukit. Ia berkata. ”Jangan tinggalkan tempat ini, Rasulullah SAW telah melarangnya.” Tetapi mereka menduga bahwa perintah Nabi hanya berlaku saat perang saja, mereka pun turun kemedan perang meninggalkan bukit. Pada saat itulah pasukan Kafir yang melarikan diri melihat bahwa tempat yang seharusnya dijaga oleh kaum Muslimin telah kosong, maka mereka segera kembali dan menyerang kaum Muslimin dari arah sana. Hal itu sama sekali tidak diduga oleh kaum Muslimin, sehingga mereka kalah dan terjepit dalam kepungan kaum Kafir dari dua arah. Keadaan menjadi kacau balau mereka berhamburan kesana kemari. 

 Anas R.A melihat sahabat Sa’ad Bin Mu’adz R.A sedang berjalan.maka AnasR.A berkata, ”Hai Sa’ad akan kemanakah engkau? Demi Allah, aku mencium harum surga dari arah Uhud. Setelah berkata demikian, ia mengacukan pedang-pedang ditangannya dan menyerbu ditengah kaum Kafir sambil bertekad tidak akan berhenti berperang sebelun Syahid. Dan ia pun Syahid di medan Uhud. Tubuhnya begitu rusak begitu diperiksa. Kurang lebih terdapat delapan puluh luka akibat tebasan pedang dan panah di tubuhnya. Hanya saudara wanitanya yang dapt mengenalinya melalui ujung jemari tangannya. 

Faedah
 Orang yang ikhlas dan bersungguh- sungguh menunaikan perintah Allah SWT, bahwa ketika di dunia Allah SWT memberikan kesempatan untuk merasakan nikmat surga. Inilah kisah Anas Bin Nadhar R.A yang mencium keharuman surga ketika masih hidup di dunia. Jika keikhlasan sudah ada pada diri seseorang, nikmat surga pun akan dirasakannya di dunia.




Kenapa Takut

Kisah Rasa Takutnya Abu Bakar R.a. Kepada Allah Swt

  Sesuai kesepakatan ahli Sunnah, Abu Bakar R.A. adalah orang yang paling utama diantara seluruh manusia di dunia ini selain Anbiya`. Keyakinannya demikian tinggi, sehingga Rasulullah SAW sendiri telah memberi kabar gembira bahwa ia akan menjadi pemimpin satu jamaah di surga kelak. Semua pintu surga akan memanggil namanya dan menyampaikan kabar gembira kepadanya. Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling dahulu masuk surga di kalangan umatku adalah Abu Bakar.” Walaupun demikian, Abu Bakar R.A justru berkata, “Seandainya aku menjadi rumput yang akan dimakan hewan.” Kadangkala ia berkata, “Seandainya aku hannya menjadi rumput seorang mumin.” Suatu ketika, ia pernah berada di dalam sebuah taman, sedangkan di dekatnya ada seekor hewan yang sedang duduk. Sambil menarik nafas dingin, Abu Bakar R.A berkata, “Wahai, alangkah nikmatnya hidupmu. Kamu makan, minum, dan berkeliaran di bawah pepohonan, tetapi di ahirat tidak ada hisap bagimu. Andaikan Abu Bakar menjadi sepertimu.”

  Rabi`ah Aslami R.A bercerita, “Suatu ketika, pernah terjadi kesalah pahaman antara aku dengan Abu Bakar.” Ia telah berbicara kasar kepadaku, “Ucapkanlah kata-kata kasar kepadaku sehingga menjadi balasan bagiku.” Namun aku menolaknya. Ia berkata, “Kamu harus mengucapkannya. Jika tidak, akan ku adukan kepada Rasulullah SAW.” Aku tetap tida menjawab apa pun. Lalu ia bangun dan pergi meninggalkanku. Ketika itu, beberapa orang Banu Aslam yang menyaksikan kejadian tersebut berkata, “Orang ini aneh sekali, ia sendiri yanhg memulainya dan ia sendiri yang mengadukannya kepada Rasulullah SAW.” Kataku, “Tahukah kamu siapa dia? Dialah Abu Bakar. Jika ia marah, Rasalullah SAW —kekasih Allah— tentu akan marah kepadaku, dan murka beliau adalah murka Allah. Jika demikian, siapakah yang dapat menyelamatkan kehancuran Rabi`ah?” Lalu aku pergi menemui Nabi SAW dan menceritakan kejadian tersebut. Sabda beliau, “Baik, benar kamu tidak membalas dan tidak menjawabnya, tetapi sebaiknya kamu berkata,`Semoga Allah memaafkanmu wahai Abu Bakar.` 

Faedah 
  Inilah keteladanan rasa takut kepada Allah SWT. Hanya karena sepotong kalimat yang sepele, Abu BAkar R.A demikian takut akan balasannya di akhirat. Ia sangat cemas dan khawatir sehingga ia sendiri yang meminta dibalas, lalu mengadukannya kepada Nabi SAW agar Rabi`ah R.A membalas perbuatannya. 

  Pada hari ini, kita mudah untuk saling mencaci tanpa rasa khawatir sedikit pun akan balasan perbuatan kita kelak di akhirat atau hari Hisab.



Rahasia Hidup Panjang

Para sufi berkata bahwa yang dimaksud ‘dianggap hidup’ ialah hidup yang kekal abadi. Yakni orang yang memperbanyak dzikir dengan ikhlas itu tidak mati, hanya berpindah alam dan selalu hidup, sebagaimana firman Allah SWT mengenai para suhada.

“Tetapi mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”(Qs. Ali ‘imraan:169) 

 Ini juga merupakan salah satu bentuk kehidupan. Hakim, Tirmidzi Rah. A. berkata, ”Dzikrullah membasahi hati dan melembutkannya, dan hati yang kosong dari dzikrullah menyebabkan hawa nafsu bergejolak. Api syahwat mengeringkan hati hingga mengeras dan anggota badan yang lain pun akan mengeras, sehingga ketaatan kepada Allah SWT pun akan terhenti. Jika ditarik maka akan terputus seperti kayu kering, tidak tunduk kecuali di potong atau di baker.” 

 Dari Abu Musa R.A. Rasulullah SAW Bersabda, ”Jika ada seseorang yang memiliki uang banyak di tempatnya lalu ia membagi-bagikannya, dan ada orang lain yang menyibukkan diri dengan dzikrullah, maka orang yang berdzikir kepada Allah itu yang lebih utama.” (Thabrani). 

Faedah 
  Bersedekah Fisabilillah adalah perbuatan yang sangat mulia, namun jika dibandingkan dengan dzikrullah, maka dzikir lebih utama. Betapa bahagia orang kaya yang telah diberi taufik untuk menginfakkan hartanya dan berdzikir kepada Allah SWT. Disebutkan dalam hadits bahwa Allah SWT selalu bersedekah setiap hari kepada hamba-Nya menurut keadaan mereka. Setiap manusia diberi nikmat sesuai dengan keadaannya. Tidak ada anugerah yang lebih besar daripada taufik untuk berdzikir. Seseorang yang sibuk dengan berdagang, bertani, pegawai dan lainnya, lalu jika mereka meluangkan sedikit waktu untuk berdzikir kepada Allah SWT, maka alangkah beruntungnya waktu mereka itu. Apa sulitnya meluangkan waktu dua jam dari 24 Jam (siang dan malam), atau berapa jam saja untuk berdzikir? Sebenarnya banyak waktu tersia-siakan. Lalu, apa susahnya kita meluangkan waktu untuk berdzikir?. 

  Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang paling utama disisi Allah ialah orang yang ketika berdzikir selalu memperhatikan bulan, matahari, bintang, dan bayang-bayang untuk menjaga waktu-waktu dzikirnya.” Walaupun pada masa ini dengan banyaknya jam kita dapat menentukan waktu dengan mudah, kita perlu mengenal waktu melalui matahari dan bulan, sehingga bila terjadi kerusakan atau kesalahan pada jam, waktu kita tidak hilang sia-sia. Disebutkan dalam hadits bahwa bumi yang digunakan untuk berdzikir akan bangga dibandingkan bagian bumi lainnya hingga tujuh lapisan di bawahnya.




Minggu, Agustus 09, 2009

Perjalanan Rasulullah SAW Ke Thaif

Selama sembilan tahun sejak kerasulan, Nabi Muhammad SAW telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan kaumnya di Makkah, namun sangat sedikit yang menerima ajakan beliau, kecuali orang-orang yang sejak awal telah masuk Islam. Selain mereka, ada orang-orang yang belum masuk Islam, tetapi siap membantu Rasulullah SAW. Dan kebanyakan orang-orang kafir Makkah selalu menyakiti dan mempermainkan beliau dan para sahabat beliau. 

 Abu Thalib termasuk orang yang belum memeluk Islam namun sangat mencintai Nabi SAW. Ia akan melakukan apa saja yang dapat menolong Nabi SAW. Pada tahun kesepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum Kuffar semakin berkesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum Muslimin. 

 Rasulullah SAW pun pergi ke Thaif. Disana ada suatu kabilah bernama Tsaqif yang sangat banyak anggotanya. Beliau berpendapat, jika mereka memeluk Islam, kaum Muslimin akan terbebas dari siksaan orang-orang kafir tersebut. Dan akan menjadikan kota ini sebagai pusat penyeberan Islam. Setibanya di Thaif, Nabi SAW langsung menemui tiga orang tokoh masyarakat dan berbicara dengan mereka, mengajak mereka kepada agama Allah, dan mengajak mereka agar membantu Rasulullah SAW. Namun mereka bukan saja menolak, bahkan sebagai Bangsa Arab yang terkenal dengan adatnya yang sangat menghormati, itupun tidak mereka lakukan. Bahkan mereka menjawab dengan terang-terangan dan menerima beliau dengan sikap yang sangat buruk. Mereka menunjukkan perasaan tidak suka dengan kedatangan Nabi SAW. Pada mulanya beliau berharap agar kedatangan beliau kepada tokoh masyarakat akan disambut dengan baik dan sopan ternyata sebaliknya. Diantara mereka ada yang berkata, “Wahai, kamukah orang yang dipilih oleh Allah sebagai Nabi-nya?” Yang lain berkata, “Tidak adakah orang selain kamu yang lebih pantas dipilih Allah sebagai Nabi?” Yang ketiga berkata, “Aku tidak mau berbicara denganmu, sebab jika kamu memang seorang nabi seperti pengakuanmu lalu aku menolakmu, tentu itu tidak akan mendatangkan bencana dan jika kamu berbohong, aku tidak ingin berbicara dengan orang seperti itu.” Setelah itu dengan perasaan kecewa terhadap mereka, Nabi SAW berharap dapat berbica dengan orang-orang selain mereka. Inilah sifat Nabi SAW yang selalu bersungguh-sungguh, teguh pendirian, dan tidak mudah putus asa ternyata tidak seorang pun diantara mereka yang bersedia menerima beliau. Bahkan mereka membentak beliau dengan berkata, ”Keluarlah kamu dari kampung ini! Pergilah kemana saja yang kamu sukai!” 

 Ketika Nabi SAW sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap akan meninggalkan mereka, mereka menyuruh anak-anak kota tersebut mengikuti Nabi SAW, lalu mengganggu, mencaci, serta melemparinya dengan batu sehingga sandal mereka berlumuran darah. Dalam keadaan seperti inilah Nabi meninggalkan Thaif. Ketika pulang beliau menjumpai sebuah tempat yang dianggap aman dari kejahatan mereka. Beliau berdoa kepada Allah SWT.

 “Ya Allah, kepada Mu lah ku adukan lemahnya kekuatanku, kurangnya upayaku dalam pandangan manusia. Wahai yang Maha Rahim dari sekalian rahimin, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah engkau serahkan diriku. Kepada orang asing yang akan memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau berikan segala urusanku., tiada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Lindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan Nur wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan, dan dengannya menjadi baik dunia dan akhirat, dari turunya murka-Mu kepadaku atau turunya ketidakridhaan-Mu kepadaku. Jauhkanlah murka-Mu hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkandengan-Mu.” 

 Allah SWT penguasa seluruh alampun memperlihatkan keperkasaan-Nya. Demikian sedih doa Nabi SAW sehingga Jibril A.S datang untuk memberi salam kepada beliau dan berkata, “Allah mendengar pembicaraanmu dengan kaummu, dan Allah pun mendengarj awaban mereka, dan Dia mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan apa pun perintahmu kepadanya.“ Malaikat itu pun datang dan memberi salam kepada Nabi SAW seraya berkata, ”apapun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau suka, akan kubenturkan kedua Gunung disamping kota ini sehingga siapa saja yang tinggal diantara keduanya akan hancur binasa. Jika tidak, apapun hukuman yang engkau inginkan, aku akan siap melaksanakannya.” Rasulullah SAW yang bersifat pengasih dan mulia ini menjawab, “aku hanya berharap kepada Allah, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak keturunan mereka akan menjadi orang-orang yang beribadah kepada Allah.” 

Faedah 
 Demikianlah Akhlak Nabi yang mulia. Kita mengaku sebagai pengikutnya, namun ketika kita ditimpa sedikit kesulitan atau celaan, kita langsung marah, bahkan menuntut balas seumur hidup. Kezhaliman dibalas dengan kezhaliman, sambil terus mengaku bahwa kita adalah umat Nabi SAW. Padahal dengan pengakuan itu, seharusnya segala tingkah laku kita mengikuti beliau. Jika mendapatkan kesulitan dari orang lain, Nabi SAW tidak pernah mendoakan keburukan dan tidak pernah keinginan menuntut balas.